Meski jumlah peminat saat itu belum banyak, ia memberanikan diri untuk mencoba.
Sekolahnya kala itu, Sekolah Harapan Bangsa, membantu proses pendaftaran beasiswa melalui jalur kedutaan besar.
Meskipun nilai HSK miliknya bersaing ketat dengan teman-teman lain, kemudian terpilih karena aktif mengikuti berbagai lomba dan kegiatan berbahasa Mandarin.
Ia akhirnya berhasil masuk sebagai penerima Chinese Government Scholarship Type A di Beijing Normal University.
Namun, kuliah di China dengan bahasa pengantar penuh Mandarin bukanlah hal mudah.
Tahun pertama adalah masa yang sangat menantang karena perbedaan antara Mandarin umum yang ia pelajari di sekolah dan bahasa akademik di universitas.
Ia memberikan tips, sangat penting untuk membaca dan memahami silabus sebelum mulai kelas.
Pelajari kosakata baru, tulis dan hafalkan.
Selama kelas berlangsung, jangan langsung mencatat dalam bahasa Mandarin karena akan menyulitkan proses berpikir.
Gunakan bahasa yang paling nyaman terlebih dahulu, seperti bahasa Indonesia atau Inggris, kemudian terjemahkan ke dalam bahasa Mandarin setelahnya.
Beasiswa pemerintah Tiongkok tidak mengikat, namun memiliki satu syarat utama, yaitu nilai akademik tidak boleh berada di bawah 60.
Jika gagal, beasiswa dapat ditangguhkan selama setahun.
Itu berarti biaya hidup, asrama, kuliah, dan asuransi menjadi tanggungan pribadi.
Oleh karena itu, penting untuk menjaga performa akademik dan mematuhi aturan, termasuk larangan bekerja tanpa izin.
Ia pribadi tidak pernah menyesal kuliah di China.
Pengalaman dan lingkungan di sini sangat menyenangkan serta memberikan banyak peluang untuk masa depan.
Ia berharap pengalamannya bisa menginspirasi kalian untuk terus semangat mengejar impian kuliah ke luar negeri.
Itulah cerita dari Anastasia Laras tentang kuliah di China hingga ia belajar bahasa Mandarin sebagai pemula. ***






