Para mahasiswa jurusan Psikologi juga manusia biasa yang tidak kebal terhadap tekanan kehidupan.
Mitos ketiga menyebutkan bahwa mahasiswa Psikologi pasti mampu menyelesaikan semua masalahnya sendiri.
Faktanya, tidak semua masalah bisa mereka tangani sendiri, bahkan oleh seseorang yang memahami Psikologi sekalipun.
Dalam beberapa kondisi, mereka juga memerlukan bantuan profesional lain, seperti halnya dokter yang membutuhkan bantuan sejawatnya untuk penyakit serius.
Mitos keempat adalah bahwa mahasiswa Psikologi pasti selalu lulus dalam tes Psikologi atau psikotes.
Anggapan ini tidak sepenuhnya tepat.
Psikotes tidak hanya menilai kecerdasan, tapi juga berbagai aspek seperti ketelitian, daya tahan, hingga kecocokan profil dengan kebutuhan posisi tertentu.
Selain itu, alat tes Psikologi sangat beragam, dan tidak semua mahasiswa Psikologi paham.
Maka dari itu, tidak ada jaminan bahwa mahasiswa Psikologi otomatis lolos psikotes, apalagi jika hasil tes menunjukkan bahwa dirinya tidak cocok dengan kriteria yang dicari.
Terakhir, mitos kelima menyebutkan bahwa lulusan S1 Psikologi otomatis menjadi seorang psikolog.
Faktanya, untuk menjadi seorang Psikolog, seseorang harus menyelesaikan pendidikan magister profesi Psikologi (S2) dan mendapatkan izin praktik.
Jadi, gelar sarjana Psikologi (S.Psi) belum cukup untuk menyandang status sebagai Psikolog.
Itulah pembahasan dari Dhian Kusumastuti tentang lima mitos yang sering beredar mengenai jurusan Psikologi dan fakta yang sebenarnya. ***
