Koran Mandala –Stasiun Bandung bukan sekadar titik singgah bagi ribuan penumpang setiap hari. Lebih dari itu, stasiun yang berdiri sejak 1884 ini telah menjelma menjadi saksi sejarah sekaligus penggerak utama konektivitas di Jawa Barat.
Terletak di jantung Kota Bandung, tepatnya di Jalan Kebon Kawung No. 43 (akses utara) dan Jalan Stasiun Selatan No. 25 (akses selatan), Stasiun Bandung menjadi simpul penting yang menghubungkan berbagai moda transportasi.
Bangunan berarsitektur klasik ini tetap berdiri anggun, memadukan pesona masa lalu dengan fasilitas modern yang ramah bagi semua kalangan.
Piala Presiden Tak Targetkan Juara, Persib Ingin Jadikan Ajang Pemanasan dan Pematangan Tim
“Stasiun Bandung kini menjadi titik integrasi berbagai layanan kereta api dan transportasi darat lainnya. Kami berkomitmen menghadirkan perjalanan yang nyaman dan efisien, baik untuk pengguna KA jarak jauh, KA Feeder, maupun KA Commuter,” ujar Manager Humas KAI Daop 2 Bandung, Kuswardojo, saat ditemui di kantornya.
Sebagai salah satu stasiun utama di Pulau Jawa, Stasiun Bandung melayani berbagai rute penting seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, hingga Semarang.
Tak hanya itu, kereta lokal dan commuter line pun menjadi andalan masyarakat sekitar dalam menjalani aktivitas harian.
Antusiasme masyarakat terhadap layanan kereta api terus meningkat. Data mencatat, layanan KA Commuter di Stasiun Bandung melayani sekitar 8.000 penumpang setiap hari kerja dan meningkat hingga 12.000 penumpang saat libur akhir pekan atau musim liburan.
Sementara itu, KA Feeder KCIC yang terhubung dengan Kereta Cepat Whoosh mengangkut rata-rata 3.500 penumpang per hari.
Terjerat Korupsi Dana Pramuka, Kadispora Bandung Eddy Marwoto Ternyata Punya Harta Segini
Untuk KA jarak jauh, tercatat 3.000–4.000 penumpang per hari, dan bisa melonjak hingga 7.000 saat musim libur.
Guna menunjang kenyamanan dan keamanan penumpang, Stasiun Bandung terus berbenah dengan menambah berbagai fasilitas, antara lain: