Koran Mandala- Menjelang tengah malam, ketika Haykal (bukan nama sebenarnya) bersiap-siap menarik selimut untuk beristirahat, tiba-tiba HP-nya berdering.
Setengah sadar, ia berusaha menggapai telepon itu. Mungkin panggilan darurat, pikirnya.
Masa ada orang menelepon tengah malam kalau tidak ada hal penting ? Dari seberang sana ada suara bernada serius minta maaf, mengganggu karena menelepon tengah malam. Ia mengaku petugas dari bank yang logonya jelas tertera di layar HP milik Haykal.
Apakah bapak membeli pulsa sebesar Rp 5 juta melalui Shopee ? Begitu informasi yang bernada tanya masuk ke telinga Haykal.
Gila, pikirnya. Siapa pula yang membeli pulsa sampai Rp 5 juta, tengah malam begini ? Dengan spontan ia membantah.
Terlintas di pikirannya untuk minta tolong penelepon agar membatalkan pembelian itu. Ia merasa tidak pernah melakukan pembelian pulsa, apalagi dengan nilai begitu besar.
Dengan penuh hormat, sang penelepon mengatakan bahwa pembatalan pembelian itu dapat saja dilakukan. Tetapi harus dilakukan langsung oleh si pemesan atau pembeli. Bukan olehnya atau orang lain.
Pembatalan akan dituntun oleh petugas Shopee sendiri, jelasnya. Tak lama kemudian melalui WA masuk verifikasi dari Shopee megenai pembelian itu.
Haykal merasa terbantu ketika Shopee menawarkan jasa untuk membatalkan pembelian yang tidak pernah dilakukannya itu.
Perintah untuk mengambil kartu debit, segera dilaksanakan Haykal kendati kantuk masih bertengger di matanya. Walau begitu, kecurigaan mulai muncul ketika petugas penuntunnya mulai minta nomor kartu debit yang dimilikinya.
Kecurigaannya semakin menjadi-jadi tatkala diminta menuliskan 3 nomor terakhir yang tertera di balik kartu debitnya itu. Ini pasti penipuan, begitu pikir Haykal sambil memutuskan untuk tidak melayani hubungan WA itu.
Keesokan harinya ia tergesa-gesa menuju bank dan menceritakan apa yang dialaminya. Betul, itu adalah penipuan kata petugas bank yang melayani, setelah memeriksa data yang diperlukan.
Mengatasnamakan BPJS
2 hari kemudian, HP milik Haykal berdering lagi. Kalau sebelumnya dari orang yang mengaku sebagai petugas Bank, kali ini dari BPJS yang katanya ditugaskan untuk memverifikasi apakah Haykal sebagai pengguna BPJS, atas nama pribadi atau perusahaan ? Oleh sang petugas, ia diwajibkan untuk memberi jawaban “ya” atau “tidak” untuk beberapa pertanyaan yang dilontarkannya.
Tatkala sampai pada cara melakukan pembayaran, kecurigaan kembali menyelimuti pikiran Haykal. Dengan tegas ia menghentikan pembicaraan yang dibenarkan oleh petugas BPJS ketika kemudian dihubunginya.
Apa yang dialami oleh Haykal ini merupakan contoh betapa para penipu semakin lihai, berusaha memperdayai mereka yang tergolong “gaptek” di tengah-tengah kemajuan tekhnologi komunikasi yang sedang kita alami dewasa ini. Karena itu, sikap selalu waspada adalah obat paling mujarab***