Marie Kondo menyarankan untuk mengelompokkan barang berdasarkan jenisnya, seperti pakaian, buku, kertas, komono (barang acak), dan barang-barang sentimental.
Proses ini membantu menyadari jumlah barang yang kita miliki secara utuh dan mencegah kelelahan akibat pengulangan pekerjaan.
Ia juga menekankan pentingnya menyimpan barang bukan karena alasan sentimental atau rasa bersalah, melainkan karena kita benar-benar menyukai dan membutuhkan barang tersebut.
Insight ketiga adalah bertanyalah pada diri sendiri, “Apakah barang ini memberikan kebahagiaan?”
Esensi dari metode KonMari adalah kesadaran penuh terhadap emosi dan reaksi tubuh terhadap setiap barang.
Marie Kondo menggambarkan rasa bahagia itu seperti ada getaran kecil yang mengalir dalam tubuh, sebagai sinyal bahwa barang tersebut layak untuk kita simpan.
Buku ini membuka perspektif baru tentang bagaimana aktivitas sederhana seperti membereskan barang dapat menjadi proses reflektif yang mendalam.
Melalui proses ini, mengajak kita untuk mengevaluasi masa lalu, memahami kebutuhan saat ini, dan menentukan arah masa depan.
Kepemilikan ternyata bukan hanya soal fungsi, tetapi juga cerminan dari perjalanan hidup kita.
Itulah bedah buku “The Life-Changing Magic of Tidying Up” karya Marie Kondo oleh Maudy Ayunda.
Jika kalian tertarik, ada juga serial dokumenternya di Netflix yang memperlihatkan dampak emosional dan psikologis dari metode ini. ***