Koran Mandala – Idul Adha, atau Hari Raya Kurban, adalah salah satu hari besar umat Islam yang diperingati setiap 10 Zulhijah dalam kalender Hijriyah. Di balik perayaan ini tersimpan sejarah agung yang menyentuh ruh keimanan, yakni kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.
Sejarah Idul Adha bermula dari perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim dalam mimpi, agar menyembelih anaknya sendiri, Ismail. Mimpi itu berulang dan Ibrahim, seorang hamba yang penuh ketaatan, tidak ragu bahwa itu adalah wahyu dari Tuhannya. Maka dengan penuh ketundukan dan keikhlasan, ia mengajak Ismail, yang masih remaja saat itu, untuk menerima takdir Allah. Di luar dugaan, Ismail pun menunjukkan sikap yang luar biasa: “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. As-Saffat: 102)
10 Kata kata Selamat Idul Adha 2023 Penuh Makna dan Cinta, Pakai untuk Caption Sosmed
Momen mengharukan ini adalah puncak dari ujian keimanan dan kepasrahan yang total kepada kehendak Ilahi. Namun, sebelum pisau menyentuh leher Ismail, Allah menggantinya dengan seekor domba sebagai bentuk pengakuan terhadap ketaatan dua insan mulia itu. Peristiwa inilah yang kemudian menjadi dasar dari ibadah kurban yang dilaksanakan oleh umat Islam setiap Idul Adha.
Makna Pengorbanan dan Ketaatan
Idul Adha bukan sekadar ritual penyembelihan hewan kurban. Lebih dari itu, ia adalah simbol dari kepasrahan dan keikhlasan. Pengorbanan Ismail dan ketaatan Ibrahim menunjukkan bahwa iman yang sejati adalah ketika kita rela melepaskan apa yang paling kita cintai demi menjalankan perintah Allah.
Di era modern ini, bentuk “kurban” mungkin tidak lagi berupa menyembelih anak atau hewan semata. Ia bisa berarti mengorbankan ego, menahan nafsu, mengorbankan waktu, harta, bahkan kenyamanan demi menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan.
Ajakan untuk Bertaqwa
Melalui kisah agung ini, Allah SWT mengingatkan kita bahwa keimanan bukan hanya di lisan, tetapi dibuktikan dengan tindakan dan pengorbanan nyata. Marilah kita jadikan Idul Adha sebagai momentum untuk memperbaharui niat, memperkuat ketakwaan, dan menguji diri: sudahkah kita siap “berkorban” untuk Allah sebagaimana Ibrahim dan Ismail?
Idul Adha bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang kita hari ini. Jadikan setiap kurban sebagai jalan mendekatkan diri kepada-Nya.