Tidak hanya mengenalkan struktur organisasi dan dinamika kerja tim, namun juga melatih kepemimpinan, komunikasi, dan tanggung jawab.
Bahkan UKM non-organisasi seperti bidang olahraga, seni, atau riset pun tetap menuntut pengelolaan kegiatan dan kerja sama, yang secara tidak langsung mengasah manajemen waktu dan kedisiplinan.
Perlu kita ingat bahwa status utama mahasiswa adalah belajar.
Maka, mengikuti UKM tidak boleh mengorbankan tanggung jawab akademik.
Mahasiswa harus pandai membagi waktu antara kuliah, UKM, kehidupan sosial, dan waktu istirahat.
Terlalu banyak mengikuti UKM tanpa perencanaan yang matang justru bisa berujung kelelahan bahkan menurunnya prestasi akademik.
Adapun hal yang paling penting adalah mengikuti UKM sesuai minat pribadi, bukan karena ikut-ikutan.
UKM seharusnya menjadi sarana untuk mengembangkan potensi yang mungkin tidak tersalurkan melalui jalur akademik.
Misalnya, seorang mahasiswa jurusan politik yang menyukai dunia perfilman bisa bergabung dengan UKM film atau teater.
Ini bisa menjadi bentuk aktualisasi diri sekaligus pelarian sehat dari rutinitas kuliah yang padat.
Terakhir, UKM juga memberikan kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih adaptif dan berdaya saing.
Era yang menuntut keterampilan lintas disiplin ini, pengalaman di UKM bisa menjadi nilai tambah saat memasuki dunia kerja.
Jadi, jika merasa “salah jurusan”, UKM bisa menjadi jalur alternatif untuk tetap menekuni bidang yang kalian sukai.
Itulah pembahasan tentang manfaat mahasiswa untuk mengikuti UKM menurut Danang Giri Sadewa.
Sudahkah kalian mempertimbangkan UKM yang sesuai dengan passion? ***