KORANMANDALA.COM – Ziarah kubur ke makam leluhur mewarnai datangnya bulan Suci Ramadhan dan merupakan tradisi masyarakat muslim khususnya di Kuningan maupun kabupaten/kota di Jawa Barat.
Masyarakat Indonesia mempunyai beragam tradisi. Salah satu tradisi yang kerap dilakukan masyarakat menyongsong Ramadhan adalah “Munggahan”. Tradisi itu dilakukan turun temurun oleh masyarakat, khususnya di Jawa Barat.
Momentum Introspeksi Penyebaran Islam di Nusantara terjadi sejak abad ke-7 Masehi. Ajaran Islam juga menyebar di Tanah Pasundan dan salah satu wujudnya adalah tradisi Munggahan.
Istilah “Munggahan” berasal dari bahas Sunda yakni Munggah. Artinya berjalan atau naik. Jika dikaitkan dengan tradisi itu, “Munggahan” bisa dimaknai sebagai perjalanan manusia menuju kebiasaan di luar keseharian.
Munggahan juga bisa dimaknai sebagai persiapan seorang Muslim buat menyucikan diri selama Ramadhan. Tradisi itu diselenggarakan dengan harapan setiap muslim membersihkan diri dan niat buat fokus beribadah selama Ramadhan.
Masyarakat umumnya menggelar Munggahan pada akhir Syakban atau mendekati awal Ramadhan. Kegiatan Munggahan biasanya dilakukan berbagai kalangan seperti lingkup keluarga, teman sekolah, teman kerja, dan lainnya.
Biasanya kegiatan itu diisi dengan silaturahmi, berdoa, serta makan bersama. Selain itu tradisi Munggahan diisi dengan ziarah kubur ke makam leluhur atau bersedekah, pawai Tarhib, pawai Obor dan ada juga tradisi “ngobeng” atau ngubek balong yaitu menangkap ikan di kolam pakai tangan kosong.
Sementara itu, Tina Wiryati, SH, Anggota DPRD Jabar menggelar Festival Budaya “Mapag Syiam Kuningan” di Lapangan Dusun Mulyaasih Desa Puncak, Kecamatan Cigugur, Sabtu, 9 Maret 2024 (23 Rajab 1445 Hijriah).
Hj Tina mengajak warga untuk mengapresiasi dan menikmati keindahan budaya bersama ratusan Putra-Putri Pewaris Budaya dan Penggiat Lingkungan.
Festival Budaya ini kata Hj.Tina untuk “Ngamumule Budaya Urang”. Melalui giat tradisi dan keindahan budaya mewarnai kehadiran bulan Suci Ramadhan dengan semangat kebersamaan.