Senada dengan itu, Kepala Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Jawa Barat, Dadi Ahmad Roswandi, menilai pesantren merupakan basis komunitas yang strategis dalam perluasan edukasi mengenai 1000 HPK.
“Kita melakukan sosialisasi 1000 HPK di kalangan pesantren karena NU dan lembaga pendidikannya merupakan basis yang sangat strategis,” ujarnya.
Dadi menjelaskan bahwa angka stunting di Jawa Barat masih berada pada posisi 15,9 persen. Menurunkan angka tersebut, kata dia, membutuhkan kolaborasi lintas sektor.
“Menurunkan satu persen saja butuh effort besar dan kolaborasi luar biasa. Ini bukan hanya tugas BKKBN, tapi juga akademisi, CSR, media, dan terutama tokoh agama,” katanya.
Terkait tantangan, Dadi menyebut akses masuk kader BKKBN ke lingkungan pesantren masih terbatas. Karena itu, kerja sama dengan NU menjadi krusial.
“Kader-kader kami biasanya melakukan sosialisasi kepada masyarakat umum. Untuk masuk ke pesantren memang tidak mudah, sehingga kerja sama dengan NU sangat penting,” ujarnya.
Kegiatan ini juga menghadirkan panel materi dari Ketua Tim Kerja KBKR Kemendukbangga/BKKBN Jawa Barat, Wakil Ketua BAZNAS Jawa Barat, serta Ketua PW JQH NU Jawa Barat. Kolaborasi pemerintah dan ormas keagamaan ini mendapat apresiasi peserta dan dianggap sebagai model sinergi yang perlu diperluas.
“Kami berharap kegiatan ini menjadi pemantik gerakan keluarga Qur’ani di seluruh Jawa Barat. Jika keluarga kuat, bangsa kuat,” ujar Cecep, Ketua PW JQH NU Jawa Barat.






