KORANMANDALA.COM –Anggota DPRD Kota Bandung, Andri Gunawan, menegaskan bahwa Bandung memiliki posisi historis yang tidak bisa dilepaskan dari perjalanan peradaban dunia. Melalui Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955, kata dia, Bandung telah menanamkan prinsip kemanusiaan, keadilan, dan keberagaman yang menjadi landasan moral bangsa-bangsa berkembang.
“Warisan terbesar Bandung bagi sejarah dunia adalah Konferensi Asia Afrika. Salah satu poin Dasasila Bandung menjamin keberlangsungan hidup yang adil bagi seluruh umat manusia. Sejak 1955, Bandung sudah lantang menyerukan pesan keberagaman dan kemanusiaan,” Kata Politisi PDI P Sabtu 15 November 2025.
Andri menilai nilai-nilai tersebut harus terus dijaga oleh warga Bandung sebagai identitas kota yang telah dihormati banyak bangsa.
Uji Coba Traffic Light AI di Bandung Dinilai Belum Menjawab Akar Masalah Kemacetan
“Kita sebagai warga Bandung berkewajiban memastikan hak asasi manusia dilindungi dan keberagaman dirawat. Kegiatan seperti hari ini adalah bagian dari upaya mempertahankan nilai itu,” tegasnya.
Ia menyebut generasi muda Bandung sebagai kelompok yang relatif memiliki tingkat toleransi tinggi, meski masih ada insiden yang mencoreng wajah kota, seperti peristiwa di Arcamanik.
“Anak-anak muda di Bandung bisa hidup berdampingan meski berbeda suku, agama, dan budaya. Mereka toleran. Tapi kejadian seperti di Arcamanik tentu menyedihkan, dan kami menyesalkannya. Kita tetap harus menyelesaikan persoalan-persoalan itu,” katanya.
Andri menegaskan bahwa Kota Bandung tidak boleh bergeser menjadi ruang intoleransi.
“Bandung tidak boleh menjadi kota intoleransi. Kota ini sejak dulu menginspirasi banyak bangsa. Negara seperti Aljazair, Maroko, dan Mesir sangat menghargai bangsa kita dan kota ini,” ucapnya.
Ia pun meminta warga terus menjaga reputasi Bandung sebagai kota toleran.
“Kita sebagai penduduk Kota Bandung harus berupaya menjaga nama baik kota kita sendiri,” tambahnya.
Dorong Pendidikan Toleransi Sejak Dini
Dalam kesempatan tersebut, Andri juga menyoroti pentingnya pendidikan toleransi di institusi pendidikan, termasuk bagi mahasiswa.
“Mahasiswa ini penerus kita. Pendidikan toleransi, kebangsaan, dan kebinekaan harus ditanamkan sejak awal. Tidak hanya mahasiswa, tapi juga siswa TK sampai SMA,” katanya.
Ia mendorong Pemkot Bandung dan Pemprov Jawa Barat untuk memasukkan pembelajaran toleransi dalam kurikulum lokal.
“Sejak TK, anak-anak harus diajarkan bahwa manusia tidak lahir dengan agama yang sama. Mereka perlu memahami bahwa perbedaan itu positif. Ini bisa dimasukkan menjadi muatan lokal, terutama di Kota Bandung,” jelasnya. (Sarah)






