KORANMANDALA.COM – Tumpukan sampah terlihat menggunung di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Dakota, Jalan Gunung Batu, Sukaraja, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, pada Minggu, 9 November 2025.
Gunungan sampah itu hampir memenuhi seluruh area TPS, menimbulkan bau menyengat yang tercium hingga ke jalan raya.
Aktivitas pembuangan masih berlangsung, sementara pengangkutan sampah terhenti sejak beberapa hari terakhir. Kondisi ini terjadi akibat kuota pembuangan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti yang telah penuh.
“Kuota Bandung sudah habis. TPS Sarimukti baru bisa mulai menerima pembuangan lagi tanggal 9 (November). Sementara banyak yang buang ke sini, bukan hanya warga sekitar, tapi juga yang lewat,” ujar David (43), salah satu petugas di TPS Dakota saat ditemui di lokasi.
Ia menambahkan, keterbatasan lahan di TPA Sarimukti membuat pengangkutan sampah ke lokasi tersebut semakin lambat. “Kayaknya lahannya juga kurang,” katanya.
Sementara itu, Samsu (43), penanggung jawab TPS Dakota, mengungkapkan bahwa TPS tersebut tidak berada di bawah pengelolaan resmi pemerintah. Seluruh operasional, kata dia, bergantung pada iuran masyarakat sekitar.
“Yang kerja di sini tidak ada gaji, tidak ada bantuan apa pun. Kami hanya mengandalkan iuran warga,” ujarnya.
Akibat keterbatasan dana, pengelola TPS tidak mampu melakukan pemilahan sampah. “Kalau dilihat dari kondisinya seperti ini, ya karena kami tidak ada penghasilan. Sampah jadi tidak bisa dipilah,” tutur Samsu.
David menambahkan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung sudah pernah melakukan pengecekan ke lokasi, namun hingga kini belum ada solusi konkret dari pemerintah.
“Dari DLH pernah datang, cuma kontrol lokasi saja. Belum ada tindak lanjut atau solusi dari pemerintah,” katanya.
Samsu menuturkan, berdasarkan informasi terakhir, kuota pembuangan ke Sarimukti akan dibuka kembali mulai 9 November. Jika kontainer pengangkut datang, para pekerja akan memindahkan sampah secara manual ke kendaraan.
“Katanya mulai aktif lagi tanggal 9 November. Kalau kontainernya datang, anak-anak di sini yang akan naikkan sampah ke mobil,” ujarnya.
Keluhan juga datang dari warga sekitar TPS. Jaenudin (43), penjual gorengan yang berjualan tak jauh dari lokasi, mengaku sangat terganggu dengan aroma busuk yang menyengat.
“Sudah tidak nyaman. Baunya bikin mual karena sampahnya membusuk. Sudah hampir tiga bulan tidak diangkut rutin. Dulu sering diangkut, tapi sekarang malah sering tertunda,” keluhnya.
Ia berharap pemerintah segera turun tangan dan menuntaskan persoalan tersebut. “Solusinya ya segera diangkut saja, jangan dibiarkan,” ujarnya. (Sarah)






