KORANMANDALA.COM –Upaya memperkuat rantai pasok hasil pertanian dan perdagangan rakyat di Jawa Barat kini memasuki babak baru.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama PT Kereta Api Indonesia (KAI) tengah merancang sistem transportasi berbasis rel yang akan mempermudah mobilitas para petani dan pedagang di daerah.
Dalam pertemuan yang digelar baru-baru ini, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Direktur Utama KAI Bobby Rasyidin sepakat untuk mematangkan konsep “Kereta Petani dan Pedagang”, moda angkutan hasil bumi dan ternak yang diharapkan dapat memangkas biaya distribusi serta mempercepat akses pasar bagi pelaku usaha kecil di wilayah pedesaan.
Forum Pesantren Garut Desak Polisi Ungkap Tragedi Maut di Pesta Pernikahan Anak Dedi Mulyadi
Menurut Dedi Mulyadi, penggunaan jalur kereta sebagai sarana distribusi merupakan langkah strategis untuk mengatasi kendala klasik yang kerap dihadapi petani mulai dari ongkos logistik yang tinggi hingga keterbatasan akses ke pusat perdagangan.
“Satu jalur khusus untuk petani dan pedagang perlu disiapkan. Dengan begitu, hasil bumi bisa langsung dikirim ke pasar tanpa mengganggu perjalanan penumpang umum,” kata Dedi dalam keterangan resminya.
Langkah tersebut mendapat sambutan positif dari pihak KAI. Bobby Rasyidin menyebutkan bahwa pihaknya telah menyiapkan empat unit kereta khusus dan akan menambah empat unit lagi untuk mendukung program tersebut di Jawa Barat.
“Tambahan empat unit ini akan difokuskan bagi wilayah distribusi hasil pertanian dan peternakan di Jabar. Proses produksinya segera kami jalankan,” ujar Bobby.
Kereta yang dirancang untuk program ini memiliki spesifikasi berbeda dari kereta penumpang biasa. Tanpa pendingin udara, desain interiornya disesuaikan dengan kebutuhan pengangkutan hasil pertanian dan hewan ternak.
“Presiden juga memberi arahan agar tidak menggunakan sistem AC, sebab suhu rendah bisa membahayakan hewan seperti ayam atau domba,” tutur Bobby menambahkan.
Selain efisiensi transportasi, Dedi Mulyadi menilai program ini dapat mendorong tumbuhnya ekonomi baru di kawasan sekitar jalur rel. Ia mengusulkan agar stasiun-stasiun di daerah penghasil utama—seperti Subang, Cirebon, dan Indramayu dilengkapi fasilitas penggilingan beras dan gudang logistik yang terhubung langsung ke sistem distribusi KAI.
“Kalau hasil panen bisa digiling di dekat stasiun dan langsung diangkut ke Jakarta lewat kereta, petani akan mendapatkan nilai tambah yang lebih baik,” ujarnya.
Menanggapi ide tersebut, Bobby memastikan bahwa KAI siap menindaklanjuti kerja sama ini melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Pemprov Jawa Barat. “Kami akan siapkan payung kerja samanya dalam waktu dekat,” katanya.
Sebagai langkah awal memperkuat infrastruktur rel di Jawa Barat, KAI juga sedang mempersiapkan peluncuran Kereta Wisata Cianjur–Sukabumi yang dijadwalkan beroperasi pada Desember mendatang. Program itu menjadi bagian dari revitalisasi jalur selatan Jabar, sekaligus sinyal bahwa transportasi berbasis rel kembali menjadi tulang punggung ekonomi rakyat.
