Dalam Program Tamasya ini pihaknya menggelar pelatihan dan sertifikasi serta memonitoring pembinaan kepada para penyedia Tamasnya di seluruh Indonesia.
“Total sekarang jumlah Tamasya itu sudah mencapai 3000 lebih. Dengan Tamasya ini kita harapkan bisa mendongkrak angka partisipasi kerja perempuan,” kata Budi.
Program ketiga yaitu GATI (Gerakan Ayah Teladan Indonesia), guna mendorong peran dan teladan dari para ayah di Indonesia. Keempat, Program Sidaya atau Lansia Berdaya, untuk memberdayakan penduduk lansia agar mereka tetap bisa sehat produktif dan resilience memberikan independensi di dalam menjalani hidup masa tua mereka, tanpa harus bergantung kepada Gen-Z.
Menurut Budi Program Sidaya ini juga ditujukan agar Gen Z kita bisa memiliki keleluasaan dalam mengaktualisasikan diri dengan bekerja yang paling sesuai keinginannya dan yang paling penting mereka tidak jadi terbebani oleh generasi yang sudah lansia
“Kita men-support melalui Program DAK BOKB (Dana Alokasi Khusus Bantuan Operasional Keluarga Berencana) untuk terjadinya proses kapitalisasi bonus demografi,” ungkap Budi.
Sementara untuk menciptakan generasi emas menyongsong bonus demografi 2045 dari sisi keluarga, Kemendukbangga juga terus berupaya mengeliminasi angka prevalensi stunting.
“Syukur-syukur nanti sampai 2029 prevalensi stunting-nya itu bisa di bawah 10%, bahkan lebih atau di 2045 harus bisa di bawah 5% prevalensinya,” ucap Budi
Karena itu Kemedukbangga terus mengelorakan program prioritas kelima yakni Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), agar tidak boleh ada lagi bayi yang lahir stunting dengan menyiapkan data Keluarga Beresiko Stunting (KBS), agar sasaran dari upaya pencegahan stunting juga bisa terukur.
Pencegahan KBS juga dilakukan dari sisi penyediaan air bersih, sanitasi, kecukupan gizi dengan melakukan konvergensi bersama Badan Gizi Nasional (BGN) dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG), khususnya untuk kalangan 3B yaitu ibu hamil (bumil), ibu menyusui (busui) dan balita non-PAUD.
“Sehingga dari situ kita harapkan prevelensi stunting bisa kita tekan, agar tidak ada lagi orang yang selama hidupnya itu menderita stunting dan menjadi beban bagi orang lain,” tandas Budi.
Dia bilang, ketika anak lahir dalam keadaaan stunting, mereka tidak punya kesempatan optimal untuk hidup secara normal dari sisi kesehatan psikomotorik dan psikologi
“Akibatnya mereka berpotensi untuk menjadi orang yang membebani orang lain. Nah, makanya itu kita cegah melalui program Genting,” pungkas Budi.(*)






