KORANMANDALA.COM – Kota Bandung kembali memamerkan pesonanya sebagai salah satu destinasi wisata favorit di Indonesia.
Hingga triwulan III tahun 2025, jumlah kunjungan wisatawan mencapai 6,5 juta orang, meningkat tajam dari 3,53 juta kunjungan pada semester pertama tahun ini.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, Adi Junjunan Mustafa, menyebut capaian ini menjadi sinyal positif untuk mencapai target tahunan 8,7 juta kunjungan wisatawan.
LIPSUS: Kemacetan Curi Rezeki Sopir Angkot, Bandung Butuh Aksi – Angkot Pintar Masih Ilusi?
Namun di balik angka yang terlihat gemilang, muncul pertanyaan: apakah Bandung benar-benar siap menampung lonjakan wisatawan sebesar itu?
Peningkatan jumlah wisatawan tentu membawa dampak ekonomi yang signifikan, terutama bagi sektor kuliner, fashion, dan perhotelan. Namun di sisi lain, persoalan klasik Bandung kembali mengintai: kemacetan, minimnya ruang parkir, dan sampah wisata.
Beberapa kawasan favorit seperti Dago, Braga, hingga Lembang sering kali berubah menjadi lautan kendaraan setiap akhir pekan. Belum lagi tumpukan sampah yang mengotori area publik setelah acara wisata atau festival kuliner.
“Lonjakan wisatawan memang bagus, tapi kalau tak diimbangi manajemen kota yang baik, efeknya justru bisa kontraproduktif. Wisatawan datang untuk menikmati suasana, bukan stres di jalan,” ujar salah satu pelaku usaha kuliner di kawasan Riau yang enggan disebutkan namanya.
Disbudpar mencatat, 60 persen wisatawan datang ke Bandung untuk wisata kuliner. Sisanya terbagi antara wisata belanja, fashion, dan heritage.
Adi menilai tren ini wajar, mengingat Bandung dikenal sebagai kota dengan daya cipta kuliner yang unik dan inovatif.
“Kuliner menjadi magnet utama wisata Bandung. Sisanya ada wisata belanja, fashion, dan heritage. Bandung memang dikenal punya daya cipta kuliner yang khas dan selalu baru,” kata Adi, Jumat (11/10/2025).






