KoranMandala.com – Tingginya angka kematian ibu dan anak (AKI/AKB) di Kabupaten Garut menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Bupati Garut, Syakur Amin, menegaskan bahwa salah satu faktor utama yang memicu kondisi ini adalah tingginya kasus pernikahan dini yang masih marak terjadi.
Pernyataan itu disampaikan Syakur saat menghadiri pelantikan Ketua baru STIKes Karsa Husada Garut di Kampus STIKes, Jalan Subyadinata, Jayaraga, Kamis (4/9/2025).
Menurutnya, persoalan AKI/AKB di Garut kini menjadi sorotan bukan hanya di tingkat provinsi, tetapi juga pemerintah pusat.
Direktur PT ABK Ditahan Polres Garut atas Dugaan Penipuan Rp585 Juta
“Kabupaten Garut menjadi perhatian khusus dalam hal angka kematian ibu dan anak. Penyebab utamanya adalah pernikahan dini dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat,” ujar Syakur.
Ia menyebut, rata-rata lama sekolah warga Garut hanya mencapai 8,95 tahun, atau setara dengan jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kondisi ini berdampak langsung terhadap pola pikir dan kesiapan masyarakat dalam membangun keluarga yang sehat.
“Dengan angka pendidikan yang rendah, banyak remaja menikah sebelum waktunya. Hal ini meningkatkan risiko kesehatan bagi ibu maupun anak,” tambah Syakur.
Dalam kesempatan tersebut, Syakur berharap STIKes Karsa Husada Garut dapat berperan aktif membantu pemerintah daerah dalam menekan angka kematian ibu dan anak, sekaligus meningkatkan kualitas layanan kesehatan di masyarakat.
“Kami sangat membutuhkan peran STIKes untuk bersama-sama membangun Garut, menuju Garut yang hebat,” ucapnya.
Syakur juga menyampaikan terima kasih kepada Ketua lama STIKes, Engkus, serta memberikan harapan kepada Ketua baru, Dr. Iwan, agar mampu melanjutkan perjuangan dalam memajukan dunia kesehatan di Kabupaten Garut.
