Sementara itu, Ketua Umum FUIBB, Ustaz Ruslan Abdulgani, menyatakan keprihatinan mendalam atas insiden ini. Ia menyebut tindakan oknum aparat sebagai kebiadaban yang harus dihentikan.
“Rakyat menuntut keadilan, namun justru dihadapi kekejaman. Nyawa rakyat hilang, ini tidak bisa diterima,” tegasnya di Kantor NU Kota Bandung.
“Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya dan menempatkannya di tempat mulia. Kami berdoa keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,” ucapnya sambil meneteskan air mata.
Dia pun menuntut pemerintah agar pemerintah bertindak tegas, bukan sekadar memberikan pernyataan normatif. “Merdeka berarti rakyat bebas menyuarakan haknya, bukan dibungkam,” serunya.
Ruslan mengimbau aparat yang masih memiliki nurani untuk melindungi rakyat, bukan menjadi alat penindas. Dalam Islam, kata dia, Muslim dan non-Muslim adalah bersaudara, sehingga kezaliman tidak boleh didiamkan.
FUIBB mendesak penindakan terhadap oknum pelaku dan jaminan agar kejadian serupa tidak terulang.
Presidium FUIBB, Amin Buchery, menegaskan bahwa Affan bukan peserta demonstrasi, melainkan pekerja keras yang sedang mencari nafkah.
“Oknum aparat tanpa hati nurani menabrak Affan begitu saja, padahal seharusnya berhenti dan memberi jalan,” kecamnya.
FUIBB menyebut Affan sebagai pahlawan demokrasi, mencerminkan kegagalan negara melindungi rakyat. Amin menyoroti pola berulang kekerasan aparat, seperti menembak, menabrak, dan memukuli rakyat tak bersenjata.
“Ini bukan penegakan hukum, ini kebiadaban,” ujarnya.
Ia menuntut evaluasi SOP penanganan demonstrasi oleh kepolisian dan meminta DPR serta DPRD memanggil Kapolri untuk mempertanggungjawabkan insiden ini.FUIBB juga mengkritik DPR yang dinilai tak peka terhadap penderitaan rakyat.
“Rakyat berjuang bertahan hidup, tapi DPR menambah gaji dan fasilitas. Mana hati nurani kalian?” tegas Amin.






