KoranMandala.com – Ribuan Guru Tidak Tetap (GTT) atau non-ASN jenjang PAUD dan DIKDAS memadati salah satu bank penyalur di Karawang, Sabtu (9/8/2025), untuk mencairkan insentif yang dijanjikan pemerintah.
Sebanyak 2.318 guru non-ASN di Kabupaten Karawang menerima bantuan intensif dari Presiden RI sebagai “kado terindah” peringatan HUT ke-80 RI bagi para pendidik yang telah lama mengabdi di tengah keterbatasan. Namun, kenyataan di lapangan memunculkan cerita berbeda.
Sejak pukul 06.00 WIB, ribuan guru dan tenaga kependidikan telah mengantre di halaman bank, memadati area parkir. Banyak yang duduk di lantai, menggendong anak, atau membawa berkas, menunggu berjam-jam demi mencairkan dana yang sudah tersedia di kas negara.
Persib Bandung vs Semen Padang : Maung Bandung Petik Point Penuh di GBLA
Kepala Sekolah Islam Dzakra Lebah Madu Karawang, Firga Sudarsi, mengaku datang sesuai jadwal yang tertera di pemberitahuan. Namun, setibanya di lokasi, ruangan sudah sesak oleh antrean.
“Di era digital seperti sekarang, mengapa pencairan insentif justru kembali ke pola lama yang melelahkan dan merendahkan martabat?” ujar Firga dengan nada kesal.
Ia menilai, selama ini guru diwajibkan menguasai teknologi untuk pengisian data dapodik, pengelolaan rapor digital, presensi berbasis aplikasi, hingga pelaporan kinerja secara daring. Semua diklaim untuk efisiensi dan transparansi.
“Namun saat tiba waktunya menerima hak, kemudahan teknologi itu menghilang. Tidak ada transfer langsung ke rekening, tidak ada opsi pencairan via kanal digital. Semua dipusatkan di satu titik, tanpa mempertimbangkan jarak, waktu tunggu, dan kenyamanan penerima,” tegasnya.
Firga menyebut, kebijakan teknis ini berisiko menimbulkan paradoks: insentif yang dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan justru berpotensi melukai harga diri guru.
“Memanggil mereka berbondong-bondong ke satu lokasi, memaksa antre berjam-jam, sama saja menempatkan mereka pada situasi yang tidak sepadan dengan jasa dan dedikasi mereka,” ucapnya.






