Minggu, 21 September 2025 15:04

“Partisipasi warga sangat luar biasa. Ini menunjukkan kesadaran kolektif yang tinggi,” ujarnya.

Selain itu, LPM Cipadung Kidul meluncurkan dua program sosial berbasis empati: Nyala (Nyaah ka Lansia) dan Nyatim (Nyaah ka Anak Yatim). Kedua program ini dirancang untuk menjangkau kelompok rentan yang kerap luput dari perhatian pembangunan formal.

“Kami ingin berbagi dengan lansia dan anak yatim yang membutuhkan. Ini bagian dari tanggung jawab sosial kami,” kata Ajat.

Rangkaian BBGRM tahun ini mencakup apel warga, pembagian sembako dan alat tulis, penyerahan alat kebersihan, senam bersama, jalan santai, hingga lomba mewarnai anak-anak. Namun dari semua kegiatan itu, yang paling mencolok adalah peran warga yang mengambil inisiatif, bukan menunggu instruksi.

Dalam konteks ini, semangat gotong royong yang dibicarakan Erwin seolah menemukan bentuk nyatanya di Cipadung Kidul. Bukan melalui pidato, tapi lewat kerja bersama warga yang secara nyata mengisi celah-celah yang belum dijangkau pemerintah.

Peringatan BBGRM dan 25 tahun LPM Cipadung Kidul menjadi pengingat bahwa pembangunan kota tidak melulu soal proyek fisik atau anggaran besar. Di balik itu, ada urat nadi yang lebih penting: solidaritas warga, inisiatif lokal, dan keberanian untuk bergerak lebih dulu, bahkan ketika pemerintah belum sepenuhnya hadir.

1 2

Koranmandala.com

Comments are closed.

Exit mobile version