KoranMandala.com – Fenomena penurunan angka pernikahan di Indonesia kian mengkhawatirkan. Salah satu penyebab utamanya adalah tren media sosial bertagar “Married is Scary” yang menggambarkan pernikahan sebagai sesuatu yang menakutkan dan penuh beban.
Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah Kementerian Agama (Kemenag) RI, Cecep Khairul Anwar, menyampaikan keprihatinannya terhadap fenomena ini dalam kegiatan pembinaan Kepala KUA dan Penghulu di Kantor Kementerian Agama, Rabu (30/7) siang.
Pernikahan Anak Dedi Mulyadi Telan 3 Nyawa, Puluhan Pingsan
“Angka pernikahan terus merosot sejak tahun 2020. Saat itu sempat mencapai 2,2 juta, namun dari tahun ke tahun terus menurun. Ini bukan sekadar data, tapi sinyal bahwa nilai budaya kita sedang tergerus,” tegas Cecep.
Menurutnya, tren gaya hidup bebas seperti kumpul kebo juga ikut menyumbang penurunan minat menikah. Kemudahan akses informasi dan pengaruh media sosial memperparah persepsi negatif tentang pernikahan, terutama di kalangan muda.
Cecep menegaskan, negara melalui Kemenag akan bergerak cepat untuk membendung tren ini. Upaya yang akan dilakukan antara lain menggencarkan edukasi tentang pentingnya pernikahan sah dan pencatatan nikah.
“Kita akan turun langsung ke sekolah-sekolah, komunitas, dan masyarakat untuk memberikan pemahaman. Ini bagian dari penyelamatan masa depan bangsa,” ujarnya.
Ia juga membantah anggapan bahwa pencatatan nikah mahal. “Pernikahan yang dilakukan di KUA itu gratis. Tapi banyak yang belum tahu,” tambahnya.
Jika fenomena ini dibiarkan, Cecep khawatir akan muncul generasi yang menjauh dari ikatan legal pernikahan dan cenderung memilih hidup bersama tanpa status hukum. “Ini bisa mengancam ketahanan keluarga dan masa depan bangsa,” pungkasnya.