Minggu, 21 September 2025 13:19

KoranMandala.com – Insiden pembagian bir secara terbuka dalam ajang Pocari Sweat Run 2025 di Kota Bandung menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk Wakil Wali Kota Bandung, Erwin. Ia menilai tindakan tersebut melanggar norma hukum dan mencederai nilai etika, agama, dan budaya masyarakat.

“Secara etika, membagikan minuman beralkohol di ruang publik adalah tindakan yang tidak pantas. Kita hidup di negara yang menjunjung tinggi norma agama dan budaya. Maka, tindakan seperti itu harus ditindak tegas,” ujar Erwin saat ditemui wartawan, Jumat (25/7/2025).

Erwin menyebut, hampir semua agama menolak konsumsi minuman keras karena dianggap merusak akal dan moral. Apalagi jika dilakukan secara terbuka di ruang publik, tindakan tersebut bisa dianggap sebagai bentuk “tajahur bil ma’siyah” atau menampakkan kemaksiatan secara terang-terangan.

Uilliam Barros Ungkap Rasa Senang Jalani TC di Thailand dan Yakin Persib Siap Menghadapi Kompetisi

“Itu bukan sekadar kelalaian, tapi contoh buruk yang bisa menormalisasi hal yang jelas ditolak oleh agama dan akal sehat,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa dalam ajaran Islam, menampakkan dosa di depan umum justru dianggap lebih berat daripada melakukannya secara tersembunyi karena dampaknya menyasar aspek sosial.

“Minum arak atau membagikannya di ruang terbuka bukan hanya dosa pribadi, tapi juga berdampak sosial. Ini termasuk perbuatan yang dilaknat karena dilakukan dengan terang-terangan,” ungkapnya.

Erwin juga mengutip hadis Nabi Muhammad SAW: “Setiap umatku akan diampuni kecuali orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa (mujahir).” (HR. Bukhari dan Muslim). Ia mengajak masyarakat untuk menjaga etika dan tidak mempertontonkan keburukan di ruang publik.

Secara sosial, lanjut Erwin, tindakan itu juga dinilai mengganggu ketertiban umum, mencoreng nilai kesopanan, dan bisa berdampak negatif terhadap anak-anak dan masyarakat luas.

“Bayangkan jika hal seperti ini dianggap wajar dan terus berulang. Kota ini akan kehilangan jati dirinya sebagai kota yang religius dan berbudaya,” katanya.

Dari aspek etika personal, Erwin menyebut bahwa tindakan tersebut mencerminkan penurunan martabat individu. Ia kembali mengingatkan pentingnya menampilkan perilaku yang baik di ruang publik, apalagi jika mengatasnamakan komunitas.

1 2

Koranmandala.com

Comments are closed.

Exit mobile version