Koran Mandala –Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, kembali menegaskan visinya untuk menghidupkan kembali identitas “Bandung Kota Kembang” di tengah gempuran pembangunan kota modern.
Dalam kegiatan Konservasi Anggrek bersama Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) DPC Kota Bandung yang digelar di Pendopo Kota, Sabtu (12/7/2025), Farhan menyebut langkah ini sebagai kolaborasi strategis antara pemerintah dan masyarakat dalam membangun ekosistem kota yang lebih berkarakter dan berkelanjutan.
“Saya punya mimpi, anggrek bisa menjadi sesuatu yang besar. Tapi jangan dulu berpikir ekonomi. Jalani dulu sebagai hobi dengan kesungguhan. Dari sana akan tumbuh sesuatu yang lebih besar,” ujar Farhan di hadapan para pegiat anggrek dari berbagai komunitas.
Pertama Kali Bermain di Klub Sebesar Persib, Ini Target Patricio Matricardi
Bagi Farhan, kehadiran komunitas seperti PAI merupakan kekuatan sosial yang tumbuh secara organik dan harus mendapat ruang. Ia menyebut Pendopo sebagai ruang inklusif yang bukan hanya diperuntukkan bagi musisi atau kegiatan religius, tapi juga sebagai tempat tumbuhnya gagasan ekologis seperti konservasi anggrek.
“Pendopo ini ruang kolaborasi. Hari ini anggrek hadir, besok bisa jadi hal lain yang memperkuat Bandung sebagai kota yang berakar pada budaya dan lingkungan,” ungkapnya.
Sebagai bentuk dukungan konkret, Pemkot Bandung melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) telah membangun laboratorium tanaman anggrek di kawasan Cipadung. Fasilitas ini diharapkan menjadi pusat edukasi sekaligus konservasi spesies anggrek, khususnya yang berasal dari wilayah Jawa Barat.
Farhan menyadari bahwa peran pemerintah bukan lagi menjadi pemain utama, melainkan fasilitator dalam menciptakan ekosistem yang memungkinkan komunitas berkembang. Ia menegaskan pentingnya menyediakan ruang, akses, dan fasilitas agar potensi warga tidak terkubur oleh dominasi proyek-proyek yang bersifat top-down.
“Komunitas tidak butuh digerakkan. Mereka sudah hidup. Pemerintah tinggal menciptakan ekosistemnya,” tegasnya.