Koran Mandala –Ekspor gerabah keramik asal Plered, Kabupaten Purwakarta, ke Amerika Serikat masih terhenti hingga pertengahan tahun 2025. Kondisi ini disebabkan belum turunnya tarif pajak impor keramik dari pemerintah Amerika Serikat.
“Ekspor keramik ke Amerika hingga bulan Juli ini masih dikenakan pajak 32 persen. Kami memilih menunda pengiriman sambil menunggu kebijakan terbaru dari pemerintah Amerika,” ujar salah satu eksportir gerabah keramik Plered, Jajang Junaedi, Kamis (10/7/2025).
Menurut Jajang, dengan pajak setinggi itu, para eksportir tidak mampu menanggung biaya ekspor, sebab besaran pajak jauh lebih tinggi dibandingkan harga jual keramik.
Persib Akan Jadi Tuan Rumah Play-off ACL 2, Bobotoh Diminta Penuhi Stadion
“Kalau pajaknya tetap 32 persen, tidak ada eksportir yang sanggup. Kita juga tidak mungkin menaikkan harga jual keramik, itu akan membuat produk kita tidak kompetitif,” katanya.
Akibat kondisi ini, Jajang mengaku kehilangan pasar yang berdampak pada penurunan omzet hingga puluhan juta rupiah. Sebelum pajak naik, ia biasa mengekspor satu kontainer keramik berukuran 40 feet ke Amerika setiap bulan.
“Satu kontainer itu nilai transaksinya sekitar Rp200 juta, dengan keuntungan sekitar Rp50 juta. Artinya, hingga pertengahan tahun ini, kami kehilangan omzet sekitar Rp600 juta,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala UPTD Keramik Plered Kabupaten Purwakarta, Mumun Maemunah, menyebut seharusnya hingga Juli 2025 sudah ada lima kontainer yang dikirim ke Amerika. Namun, hingga kini, baru dua kontainer yang berhasil dikirim.
“Kalau ke negara Asia masih berjalan, tapi bukan langsung dari perajin. Biasanya lewat buyer terlebih dahulu. Sementara pesanan ke Amerika memang yang paling besar,” ujarnya.
Mumun menambahkan, akibat hambatan ekspor ini, para pelaku usaha kini mulai fokus menggarap pasar lokal demi menjaga kelangsungan produksi.
“Saat ini, pengiriman terbesar justru ke Bali. Pasar lokal jadi tumpuan untuk sementara waktu,” tuturnya.






