Koran Mandala –Hingga pertengahan tahun 2025, Kota Bandung masih berstatus zona merah Demam Berdarah Dengue (DBD). Meski berbagai program telah digulirkan, angka penyebaran penyakit ini masih cukup mengkhawatirkan.
Pemerintah Kota Bandung pun kembali menggencarkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Plus. Program ini diklaim mengedepankan pendekatan kolaboratif, edukasi, serta pemanfaatan teknologi ramah lingkungan.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, dalam dialog publik “Bandung Siang Ini” yang disiarkan RRI Bandung dan Radio Sonata, Rabu (9/7/2025), menyebut PSN Plus sebagai ujung tombak pemberantasan nyamuk Aedes aegypti.
Persib Bandung vs Dewa United : Maung Gagal Mengaung di Jalak Harupat, Skor Akhir 1-1
“Kami ingin pendekatannya tidak sektoral, tapi berbasis ekosistem. Semua elemen masyarakat harus ikut terlibat,” katanya.
Namun, di balik kampanye masif tersebut, tantangan di lapangan tak mudah. Program “Jumat 10 Menit” yang mendorong warga membersihkan lingkungan setiap Jumat selama 10 menit, serta “Satu Rumah Satu Jumantik” yang menugaskan warga memantau jentik nyamuk di rumah masing-masing, belum sepenuhnya efektif. Banyak warga yang masih abai.
Teknologi Wolbachia pun mulai diterapkan, dengan menyuntikkan bakteri alami ke nyamuk jantan untuk menekan reproduksi nyamuk DBD. Uji coba di Kecamatan Ujungberung disebut sukses, namun perluasan ke wilayah padat seperti Kiaracondong masih perlu pembuktian.
“Di Ujungberung memang efektif. Tapi di Kiaracondong, tantangannya lebih kompleks. Banyak saluran air dan genangan yang sulit dikendalikan,” ujar Erwin.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bandung, Sony Adam, juga mengakui persoalan klasik yang belum teratasi: rendahnya kesadaran warga. Ia bahkan menyoroti maraknya fogging mandiri yang justru bisa menimbulkan masalah baru.
“Penyemprotan harus serentak dan menyeluruh. Jika ada rumah yang menolak, nyamuk bisa dengan mudah berpindah dan upaya kita sia-sia,” tegasnya.