Minggu, 21 September 2025 10:32

Koran Mandala – Kemacetan di Kota Bandung kembali menjadi sorotan usai laporan TomTom Traffic Index ramai diperbincangkan di media sosial, terutama di platform X. Meski laporan itu dirilis pada 2024, diskusinya kembali mencuat dalam beberapa hari terakhir.

Dalam laporannya, lembaga pemetaan dan analisis lalu lintas asal Belanda tersebut menempatkan Bandung sebagai kota termacet nomor satu di Indonesia, menggeser Jakarta. Warga Bandung rata-rata menghabiskan 108 jam per tahun di jalan akibat kemacetan.

TomTom juga mencatat, waktu tempuh rata-rata untuk jarak 10 kilometer di Bandung mencapai 32 menit 37 detik. Angka ini lebih lama dibanding Jakarta yang mencatat waktu 25 menit untuk jarak yang sama. Bahkan, secara global, Bandung menempati peringkat ke-12 sebagai kota termacet di dunia.

Persib Bandung vs Dewa United : Maung Gagal Mengaung di Jalak Harupat, Skor Akhir 1-1

Salah satu penyebab utama kemacetan di Bandung adalah tingginya jumlah kendaraan pribadi. Berdasarkan data Databoks, per September 2024, jumlah kendaraan bermotor di Bandung mencapai 2,36 juta unit, hampir menyamai jumlah penduduk yang tercatat sebanyak 2,57 juta jiwa (data Disdukcapil semester I 2024).

Rinciannya, sepeda motor mendominasi dengan jumlah 1,78 juta unit, disusul mobil penumpang sebanyak 474.230 unit, mobil barang 89.420 unit, bus 6.090 unit, dan kendaraan khusus 1.018 unit.

Tingginya angka ini tak lepas dari mudahnya akses kredit kendaraan, yang mendorong pertumbuhan kendaraan pribadi tanpa diimbangi dengan infrastruktur jalan maupun transportasi umum yang memadai.

Respons Wali Kota Bandung: Ajak Kolaborasi dengan TomTom

Menanggapi laporan tersebut, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengaku baru mendengar nama TomTom, namun menyambut baik data yang dipublikasikan dan membuka peluang kerja sama.

“Yang pertama, tentu saya menghargai adanya lembaga survei bernama TomTom. Jujur, saya baru mendengar nama lembaga ini. Tapi kalau memang ini lembaga internasional, saya sangat ingin mengundang mereka ke Bandung untuk memaparkan hasil surveinya,” ujar Farhan, dikutip dari laman resmi Pemkot Bandung.

Farhan menilai, permasalahan kemacetan di Bandung membutuhkan pendekatan berbasis data untuk menghasilkan kebijakan yang tepat.

“Sampai sekarang saya belum tahu siapa pengelola TomTom ini. Tapi kalau ada, saya ingin mengundang mereka untuk presentasi data yang mereka miliki. Jika data itu bisa menjadi biodata mobilitas, tentu sangat berguna untuk pendataan dan pengambilan kebijakan,” jelasnya.

1 2

Koranmandala.com

Comments are closed.

Exit mobile version