Koran Mandala – Pengusaha sekaligus penggiat tanaman sorgum, Diana Widiastuti, mengajak masyarakat Karawang untuk membudidayakan sorgum sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan lokal.
Perempuan peraih Women Icon Summit and Award 2017 dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) ini menyebut sorgum bisa menjadi alternatif pangan selain beras, terutama bagi wilayah dengan lahan kurang subur.
“Dari perjalanan saya mengembangkan sorgum di beberapa daerah, tanaman ini terbukti mampu menambah kecukupan pangan bagi masyarakat yang mengalami kekurangan pangan, sekaligus menambah asupan gizi,” ujar Diana dalam acara penandatanganan perjanjian kerja sama PB IKA PMII dengan kelompok tani di Telukjambe, kemarin.
Diana menjelaskan, sorgum tergolong tanaman yang mudah dibudidayakan karena tahan terhadap hama dan penyakit. Selain itu, sorgum bisa dipanen dalam waktu relatif singkat, yakni 3–4 bulan.
“Tanaman serelia ini bisa tumbuh di lahan kering atau tandus yang kurang subur. Ini menjadi salah satu keunggulannya,” kata Diana.
Menurutnya, sorgum tidak hanya menjadi alternatif pangan sehat dalam bentuk beras atau tepung, tetapi juga bisa diolah menjadi berbagai produk lain. Batangnya dapat diolah menjadi gula cair, bijinya bisa dimasak seperti nasi, dan daunnya bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau pupuk organik.
“Sorgum juga punya banyak manfaat kesehatan, terutama bagi penderita diabetes, obesitas, dan berbagai masalah kesehatan lainnya,” jelasnya.
Namun, Diana mengakui masih banyak masyarakat yang belum mengenal sorgum. Ia pun berkomitmen untuk terus mengenalkan dan mengembangkan tanaman ini di Indonesia.
“Saya ingin masyarakat mulai menanam sorgum. Selain untuk ketahanan pangan, sorgum juga bisa menjadi sumber pendapatan tambahan,” pungkasnya.