Pemicu Penutupan dan Respons Wali Kota Bandung
Konflik pengelolaan Bandung Zoo memuncak pada Rabu malam (2/7/2025), ketika terjadi ketegangan antara karyawan dan vendor keamanan Red Guard. Ketegangan tersebut berujung pada pengambilalihan ruang keuangan oleh pihak YMT.
“Sejak Maret lalu, ada pihak yang mengaku dari Taman Safari Indonesia mengambil alih pengelolaan. Maka, kami terpaksa mengamankan kembali aset dan sistem keuangan,” jelas Sulhan.
Penutupan Bandung Zoo pada Kamis (3/7/2025) menjadi yang kesekian kalinya akibat dualisme kepengurusan antara YMT dan TSI.
Situasi ini memantik reaksi keras dari Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan. Ia mengaku gerah dengan konflik berkepanjangan yang tak kunjung selesai di tubuh pengelola Bandung Zoo.
“Saya imbau manajemen jangan terus-terusan berantem. Ini lama-lama capek juga mengurusnya. Konflik internalnya enggak selesai-selesai,” kata Farhan di Gedung DPRD Kota Bandung, Kamis (3/7/2025).
Farhan menegaskan, pemerintah kota sudah berulang kali turun tangan, bahkan memfasilitasi pertemuan untuk mendamaikan kedua kubu. Namun, setiap ada kesepakatan, konflik selalu kembali mencuat.
“Pemerintah dan aparat penegak hukum sudah turun, kurang apa lagi? Pemerintah sudah baik hati, tanah itu milik pemerintah, enggak pernah bayar sewa, enggak pernah bagi hasil. Pendapatan pemerintah cuma dari pajak hiburan, itu pun kecil, enggak bisa disamakan dengan pajak karaoke. Pajaknya kecil sekali,” keluhnya.
Ia menegaskan, jika Bandung Zoo kembali ditutup akibat konflik, maka pihak manajemen—baik lama maupun baru—harus bertanggung jawab penuh.
“Kalau begini terus, saya tidak segan meminta Kementerian Kehutanan meninjau ulang izin konservasi di sana. Pengelola Bandung Zoo harus bertanggung jawab,” tandasnya.






