Koran Mandala –Kota Bandung kembali dihadapkan pada persoalan klasik yang tak kunjung terselesaikan: tumpukan sampah yang menggunung. Kali ini, masalah itu terjadi di Pasar Induk Gedebage.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung terpaksa turun tangan pada Jumat, 4 Juli 2025, setelah keluhan warga dan pedagang pasar memuncak.
“Sampah di sini sudah lama dibiarkan. Baru sekarang direspon setelah menumpuk begitu parah,” ujar Kepala DLH Kota Bandung, Darto, saat ditemui di lokasi.
DLH mencatat sekitar 70 hingga 80 ton sampah mengendap di pasar tersebut, setara dengan 18 ritasi angkutan. Hingga Jumat pagi, dua lorong pasar baru dibersihkan, dengan progres yang sangat lambat, hanya sekitar 10-15 persen.
Ini Ungkapan Pertama Patricio Matricardi Setelah Bergabung Persib Bandung
“Kami targetkan bisa selesai pukul 15.00 WIB. Tapi ya, ini jelas akibat lambannya penanganan sebelumnya,” kata Darto.
Ironisnya, sampah yang diangkut tidak langsung dibuang ke TPA Sarimukti, melainkan hanya dipindahkan ke pojok pasar untuk uji coba pengolahan organik. DLH berdalih sampah tersebut akan diolah menjadi gas dan pupuk.
Padahal, sesuai Perda Nomor 9 Tahun 2018, tanggung jawab pengelolaan sampah pasar sebenarnya berada di tangan pengelola pasar. Namun, fakta di lapangan menunjukkan pengelola kawasan pasar tidak becus menjalankan tugasnya. DLH pun terpaksa turun tangan.
“Pemerintah harus turun tangan karena pengelola kawasan terbukti tidak mampu,” tegas Darto.
Di hari biasa, Pasar Gedebage menghasilkan 3-4 ton sampah per hari. DLH mengaku akan mengevaluasi apakah fasilitas pengolahan lokal bisa menampung volume tersebut. Jika tidak, DLH mencari opsi lain, dengan catatan tetap ingin menghindari pembuangan ke TPA Sarimukti karena keterbatasan armada.
Lebih jauh, Darto mengungkapkan Pemkot Bandung tengah membangun fasilitas pengolahan sampah berbasis insinerator di beberapa titik, salah satunya akan mulai beroperasi minggu depan dengan kapasitas 15 ton.
“Ini upaya kami agar Bandung tak sepenuhnya bergantung pada TPA Sarimukti. Tapi, jelas persoalan ini menunjukkan buruknya sistem pengelolaan sampah selama ini,” ujarnya.






