Koran Mandala –Lima quick wins Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjadi pesan utama peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 Tahun 2025. Quick wins terdiri atas lima program prioritas, meliputi Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), Lansia Berdaya (Sidaya), dan Super Aplikasi Keluarga Indonesia.
“Pada momentum peringatan Harganas ke-32 ini, program quick wins menjadi pesan utama yang akan terus disosialisasikan kepada masyarakat dan semua stakeholders. Pembangunan keluarga harus dimulai dari keluarga untuk mewujudkan keluarga yang tenteram, mandiri, bahagia untuk Indonesia Maju,” ungkap Staf Ahli Bidang Hukum Kelembagaan dan Reformasi Birokrasi Kemendukbangga Viktor Hasiholan Siburian pada puncak peringatan Harganas ke-32 di Alun-alun Kota Depok, kawasan Grand Depok City, Kota Depok, pada Rabu (25/6/2025).
Peringatan Harganas ke-32 Jawa Barat dihadiri sekitar 2.500 orang, terdiri atas perwakilan penyuluh KB dari 27 kabupaten/kota se-Jawa Barat, pos KB, TPK, kader Generasi Berencana (Genre) Jawa Barat, dan masyarakat umum. Hadir di tengah ribuan warga antara lain Wakil Gubernur Jawa Barat Erwan Setiawan, Anggota Komisi V DPRD Provinsi Jawa Barat Farabi el Fouza A Rafiq, Wakil Wali Kota Depok Chandra Rahmansyah, Sekretaris sekaligus Pelaksana Harian (Plh) Kepala Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Provinsi Jawa Barat Kukuh Dwi Setiawan, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Depok Siti Barkah Hasanah, dan sejumlah undangan lainnya.
Mantan Kapten Perak FC Malaysia, Luciano Guaycochea Resmi Milik Persib Bandung
Viktor menegaskan, momentum Harganas bukan sekadar seremonial yang dirayakan setiap tahun. Dia berharap Harganas menjadi daya ungkit strategis dalam mempercepat capaian program pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana). Dalam hal ini, Harganas merupakan penguatan komitmen bersama dalam membangun keluarga yang berkualitas, mendorong kesadaran masyarakat untuk berencana serta menjadikan keluarga sebagai pusat pembangunan manusia Indonesia.
Menurutnya, saat ini Kemendukbangga dihadapkan pada tanggung jawab yang lebih besar. Lebih dari sekadar nama, perubahan menandai arah baru pembangunan nasional yang berbasis kepada keluarga. Karena itu, seluruh jajaran baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus bergerak bersama-sama dalam pelaksanaan program Bangga Kencana.
“Seperti kita ketahui bersama bahwa keluarga merupakan lingkungan pertama dan yang utama. Tempat terbentuknya kepribadian yang mewarnai kehidupan manusia. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan untuk penerapan nilai-nilai agama, nilai-nilai kemanusiaan, nilai kebangsaan, nilai keadilan sosial dan nilai-nilai moral,” papar Viktor.
“Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang sehat, harmonis, dan penuh kasih sayang akan memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadi individu yang cerdas, tangguh dan berakhlak mulia. Keluarga akan menentukan arah sosial dan moral bangsa kita,” Viktor menambahkan.
Viktor mengingatkan, saat ini keluarga Indoensia dihadapkan pada sejumlah tantangan besar. Pertama, masih tingginya angka stunting di Indonesia menjadi tantangan tersendiri untuk mewujudkan generasi yang sehat, cerdas dan kuat. Kedua, belum optimalnya pengetahuan orang tua mengenai pola pengasuhan serta pembinaan tumbuh kembang anak. Di tengah perubahan sosial dan ekonomi yang semakin dinamis, pola pengasuhan anak memerlukan penyesuaian terhadap realitas kehidupan keluarga masa kini.
Ketiga, rendahnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak turut menjadi kendala di dalam rumah tangga atau keluarga. Data Unicef pada 2021 menunjukkan bahwa 20,9 persen anak-anak di Indonesia kehilangan kehadiran ayah, baik karena disebabkan perceraian, kematian atau pekerjaan ayah yang jauh dari keluarga. “Fenomena ketidakhadiran figur ayah dalam kehidupan anak, baik secara fisik, emosional, maupun psikologis dikenal dengan istilah fatherless,” imbuh Viktor.
Keempat, lemah kualitas hidup lansia dan keterbatasan kemampuan keluarga dalam memberikan pendampingan serta perawatan jangka panjang bagi orang tua.






