Minimnya papan informasi proyek, tidak adanya progres laporan publik dari kontraktor, serta absennya petugas lalu lintas di jam-jam sibuk membuat warga mulai gerah.
Aldi (33), seorang pegawai swasta yang setiap hari melintasi jalur tersebut, menyebut waktu tempuhnya ke kantor kini dua kali lipat.
“Dulu 30 menit, sekarang bisa sejam lebih. Macetnya luar biasa. Tapi yang bikin jengkel, nggak ada yang ngatur. Seolah dibiarkan saja,” ungkapnya.
Bojan Hodak Mengungkap Hal ini Terkait Pemain Baru Yang Akan Segera Diumumkan Persib Bandung
Kritik mulai bermunculan dari warga yang meminta transparansi dari Pemkot Bandung dan pihak kontraktor.
Desakan agar dilakukan audit terbuka terhadap proyek pun menguat, termasuk tuntutan agar diturunkan petugas untuk mengatur lalu lintas di titik-titik macet.
“Kalau memang belum bisa selesai cepat, ya tolong bantu atur lalu lintas. Jangan tutup mata,” tegas Aldi.
Pantauan Koran Mandala pada Sabtu, 21 Juni 2025 menunjukkan tidak adanya aktivitas signifikan di lokasi proyek. Hanya beberapa alat berat yang terparkir dan tidak beroperasi. Tidak ada papan informasi resmi terkait perkembangan proyek, nilai anggaran, maupun nama kontraktor pelaksana.
Warga kini hanya bisa berharap proyek ini tidak mangkrak, dan pemerintah segera memberikan kejelasan.
Sebab, keterlambatan bukan hanya soal teknis konstruksi, tapi sudah menyangkut hajat hidup banyak orang yang setiap hari harus melintasi kawasan tersebut.






