Koran Mandala – Setiap hari, deru kendaraan besar dan kecil mengisi Jalur Pantura di Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang. Namun, di tengah hiruk-pikuk lalu lintas itu, ancaman nyata terus mengintai—lubang-lubang besar, penerangan jalan yang minim, dan tambal sulam jalan yang tak kunjung tuntas. Kondisi ini membuat warga menyebut jalur nasional itu sebagai “jalur maut”.
Gana (31), warga setempat, nyaris setiap hari menyaksikan pengendara motor terjatuh. “Kalau siang bisa delapan motor yang jatuh, malam lebih parah, bisa sampai lima belas. Subuh paling sering,” ujarnya prihatin.
Menurut Gana, selain lubang yang menganga, minimnya lampu penerangan jalan juga menjadi pemicu utama kecelakaan. “Jalannya gelap, PJU banyak yang mati. Jadi bukan hanya jalan rusak yang bahaya, tapi juga gelapnya jalan,” tambahnya.
Erwan Setiawan Minta Sumedang Petakan Jalan Rusak dan Kekurangan Sekolah
Kondisi ini mengundang kritik tajam dari warganet di media sosial. Banyak yang menilai pemerintah pusat maupun daerah “tutup mata” terhadap kondisi jalan yang jelas-jelas membahayakan keselamatan pengguna jalan.
Setelah sorotan publik semakin meluas, Satuan Kerja (Satker) PPK 1.1 Jawa Barat dari Kementerian Pekerjaan Umum mulai bergerak. Sejak Selasa, 3 Juni 2025, perbaikan sementara dilakukan di sejumlah titik. Humas PPK 1.1 Jabar, Akbar, menyebut perbaikan sementara ini menggunakan material agregat A dan semen.
“Langkah ini untuk meminimalkan kecelakaan, sambil menunggu perbaikan permanen dari pihak penyedia jasa,” ujar Akbar.
Namun ia juga mengakui bahwa keterlambatan penyedia jasa menjadi penyebab utama lambannya perbaikan jalan. “Kami sudah memberikan surat teguran, dan mendorong mereka bergerak cepat. Rencananya Sabtu besok akan mulai di-hotmix,” jelasnya.
Bupati Karawang, Aep Syaepuloh, turut angkat bicara. Ia mendesak pemerintah pusat agar tak lagi main-main dalam menangani jalur vital ini. “Kalau cuma tambal sulam ya percuma, nggak efektif,” tegas Aep.
Menurutnya, lalu lintas berat di Pantura tak bisa diatasi dengan solusi setengah hati. “Baru Lebaran kemarin diperbaiki, sekarang sudah rusak lagi. Harusnya dibeton total, jangan setengah-setengah,” katanya.
Pantura bukan sekadar jalan biasa—ia adalah nadi transportasi nasional. Setiap hari, ribuan kendaraan melintas, termasuk truk-truk bermuatan berat yang membuat jalur ini cepat rusak jika tak ditangani serius.
Kondisi di Jatisari menjadi cermin buruknya tata kelola infrastruktur yang tak terencana dan minim pengawasan. Sudah saatnya perbaikan jalan dilakukan secara tuntas dan berkelanjutan. Bukan hanya demi kelancaran lalu lintas, tapi juga demi nyawa para pengguna jalan yang setiap hari bertaruh hidup di atas aspal yang retak.






